Turunnya hujan yang hampir merata di seluruh wilayah DIY dengan disertai angin dua hari terakhir terjadi akibat adanya peningkatan kecepatan angin.
Menurut analisa BMKG Yogyakarta, peningkatan kecepatan angin terjadi terutama di bagian selatan.
Kepala Kelompok Data dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Yogyakarta Djoko Budiyono, pada Tribunjogja.com menjelaskan, peningkatan kecepatan angin ini terjadi lantaran adanya perbedaan tekanan udara yang cukup besar antara bagian utara equator ( laut cina selatan ) yang bertekanan tinggi terutama pada permukaan laut/mean sea level pressure sekitar 1018 hPa, sedangkan tekanan udara di selatan equator Australia mencapai 990 hPa.
“Perbedaan selisih yang cukup besar itu memicu pergerakan angin yang masuk wilayah indonesia menjadi lebih besar,” ujar Djoko, Selasa (30/1/2018).
Lanjut Djoko, kondisi ini diperkuat dengan munculnya beberapa tekanan rendah di samudera Hindia atau selatan Jawa hingga kisaran Australia yang memicu kecepatan angin di selatan jawa termasuk Yogyakarta menjadi lebih besar.
Kecepatan angin di selatan jawa( pesisir selatan yogya) saat ini mencapai 15- 25 knot ( 27-46 km/jam) dengan kategori tinggi. Dampak angin yang kencang trsebut memicu tinggi gelombang berkisar 2,5 hingga 4 meter.
“Kondisi ini perlu diwaspadai selama periode puncak musim hujan di Yogya hingga pertengahan Februari kecepatan angin khususnya di bagian selatan jawa masih cukup kencang,” terang Djoko.
Djoko menambhakan, hal lain yang masih perlu diwsapadai adalah peluang terjadinya hujan yang masih intensif mengingat pola angin serta suhu muka laut yang hangat mendukung terjadinya hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.
” Kami himbau masyarakat juga perlu mewaspadai hujan yang diakibatkan oleh awan cumulonimbus. Saat ini jenis awan ini banyak terbentuk. Ciri awan ini kalau hujan skalanya lokal, periodenya singkat >namun< dampaknya cukup besar seperti hujan lebat yang disertai petir, angin kencang ataupun puting beliung,” imbuh Djoko