Pecinta kuliner tahukah Anda, mengapa gudeg kaleng bisa bertahan hingga 1 tahun tanpa bahan pengawet? Simak baik-baik proses pengalengan gudeg kaleng jogja.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) sebagai peneiti dan pelaksana pengalengan, menetapkan persyaratan khusus agar sebuah masakan bisa dikemas ke dalam kaleng terlebih untuk masakan tradisional seperti gudeg.
Bahan baku masakan harus benar-benar segar sesuai standar internasional dan prosedur pengalengan di UPT BPPTK LIPI. Untuk ikan dan daging, dari yang masih hidup, begitu dipotong langsung diolah, begitu juga untuk sayur juga harus langsung diolah setelah dipetik. Bahan makanan itu harus bisa bertahan dalam suhu tinggi hingga 121° Celcius (C). Artinya, masakan tak berubah, baik warna maupun bentuknya, jika dipanaskan dalam suhu tinggi.
Proses dimulai dengan menimbang dan memasukkan gudeg yang sudah masak kedalam kaleng kosong yang terlebih dulu disterilkan. Selanjutnya, dilakukan penghampaan udara di permukaan gudeg menggunakan uap panas pada suhu 90° C – 95° C. Gudeg itu kemudian ditutup dengan menggunakan mesin penutup kaleng dan dilanjutkan dengan sterilisasi.
Gudeg yang sudah dikemas dalam kaleng tertutup itu kemudian dimasukkan kedalam alat sterilisasi dengan suhu 121° C selama 15 menit. Setelah itu, kaleng-kaleng berisi gudeg dimasukkan kedalam air dingin yang sudah steril. Tujuannya supaya mikroba jenis spora yang tahan panas pecah, sehingga semua mikroba dalam gudeg itu mati.
Setelah selesai, kaleng dikeringkan dan dikarantina 15 hari untuk memastikan apakah masih ada mikroba yang tersisa. Sebab, bila masih ada mikroba, gudeg akan mengalami proses fermentasi dan kaleng akan mengembung. Bila hal itu terjadi, artinya pengalengan gudeg gagal. Namun, bila selama 15 hari kaleng tetap normal, gudeg itu layak dikonsumsi setiap hari. Dalam tujuh jam, LIPI bisa mengemas 1.000 gudeg kaleng.
Nah, sekarang sudah tahu kan proses pengalengan gudegnya. Cicipi rasanya tak kalah enak lho.