JOGJAHOLIC.COM (GUNUNG KIDUL) – Bunga Amarilis dulu sempat dipandang sebelah mata.
Masyarakat setempat menganggap bunga itu sebagai gulma atau tanaman penganggu.
Namun kini, justru bunga oranye ini membawa peruntungan bagi warga Gunungkidul.
Salah satu pegiat bunga amarilis di Desa Salam, Patuk, Gunungkidul, Sukadi, menceritakan, bunga Amarilis ini sudah ada di Gunungkidul sejak tahun 1974 silam, bahkan bisa lebih tua lagi.
Warga menganggap bunga tersebut sebagai tanaman pengganggu tanaman atau gulma. Tanaman yang dijuluki ‘Bambang Brojol’ itu hanya dibuang, atau dijadikan pupuk saja.
“Sudah sejak lama, ada di sini. Bunga itu tumbuh liar di pekarangan dan ladang milik warga, sehingga kerap dibersihkan,” ujar Sukadi, .
Lanjut Sukadi, baru pada tahun 2002, warga Gunungkidul mulai membudidayakan tanaman ini sebagai tanaman bunga atau penghias pekarangan.
Ia pun mencoba melestarikannya di kebun miliknya di Desa Salam, Patuk, Gunungkidul seluas 2.300 meter persegi.
Bunga tersebut tumbuh subur dan tampak indah, sehingga menarik banyak masyarakat.
“Kebun bunga kami sempat menghebohkan warganet pada tahun 2015 lalu karena keindahannya. Hamparannya,” ujarnya.
Banyaknya masyarakat yang berkunjung, dimanfaatkan masyarakat sebagai peluang.
Selain kebun dijadikan sebagai daya tarik wisata, bibit bunga dijual kepada pengunjung.
Bahkan bentuk bunga yang unik, dijadikan motif batik dan dijual kepada masyarakat.
Camat Patuk, Haryo Ambar Suwardi mengatakan, warga melihat ada potensi yang dapat dikembangkan.
Tingginya jumlah wisatawan yang berkunjung, mendorong wargamembuat wisata bunga amarilis.
Tak sampai di situ saja, mereka juga mengembangkan motif batik dari bunga amarilis.
Motif batik ini bercorak bunga amarilis kini sudah mendapatkan paten, dan dijual kepada masyarakat.
“Batik ini asli kreasi warga kami, dan kini sudah dipatenkan. Selembar bisa dijual 125ribu. Selain itu warga juga menjual bibit bunga amarilis kepada pengunjung. Harganya Rp 3.000 per pot,” ujarnya.
Lanjut Haryo, keberadaan bunga Amarilis yang semula dianggap gulma ini sekarang malah dilestarikan dan dirawat oleh masyarakat.
Karena membawa berkah dan rejeki untuk masyarakat.
“Kini bunga itu semakin dilestarikan, karena membawa peruntungan bagi masyarakat Gunungkidul, khususnya wargamasyarakat Patuk,” .
Baca Juga:
Hamparan Keindahan Bunga Enceng Gondok di Bantul
Ternyata Jogja Sedang Dihadirkan Keindahan Ratusan Bunga Matahari