Paracetamol Cafein Carisoprodol atau yang lebih dikenal dengan istilah PCC, sebuah obat yang beberapa hari lalu dikonsumsi.
Membuat puluhan orang di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara ini terlihat seperti kelainan mental.
Bahkan satu diantara puluhan orang yang menkonsumsi obat tersebut meregang nyawa karena mengkonsumsinya belum beredar di DIY, khususnya Kota Yogyakarta.
Kasat Resnarkoba Polresta Yogyakarta, Kompol Sugeng Riyadi mengatakan,
mengenai kandungan obat PCC yang dikonsumsi oleh puluhan orang di Kendari beberapa hari lalu belum diketahuinya secara detail.
Walau begitu, menurutnya obat tersebut memiliki efek negatif terhadap orang yang mengonsumsinya.
Lanjutnya, untuk di DIY, khususnya Kota Yogyakarta belum ditemukan mengenai keberadaan obat PCC.
Ia menilai, jika seharusnya dilakukan dulu pengujian lab mengetahui pasti apa kandungan dari obat tersebut,
sehingga bisa diklasifikasikan masuk kedalam jenis apa.
Hal itu penting, agar dapat ditindak langsung jika ada peredaran obat tersebut di Yogyakarta.
“Untuk kandungan pasti obat PCC kan belum diketahui secara pasti.
Biasanya setelah uji lab baru diketahui kandungannya,
apakah masuk daftar narkotika atau psikotropika, sehingga bisa kita tindak sesuai undang-undang yang berlaku.
Kalau untuk di DIY, khususnya Kota Yogya, kami belum pernah menemukan obat jenis PCC ini,” katanya saat ditemui di markasnya. Jumat (15/9/2017).
Lebih lanjut, ia menghimbau kepada masyarakat,
khususnya yang berada di Yogyakarta untuk tidak mengkonsumsi obat tidak sesuai dengan sakit yang diderita.
Terlebih obat tersebut diberikan oleh orang asing dan bukan dari dokter.
“Saya menghimbau pada masyarakat khususnya yang ada di Kota Jogja,
agar menghindari obat-obatan yang sifatnya bukan untuk pengobatan diri sendiri, apalagi tidak ada resepnya.
Kecuali, yang obat tersebut atas izin dokter dan sesuai dengan sakit yang diderita,” ungkapnya.
Ia menambahkan, seperti kasus-kasus penyalahgunaan obat golongan psikotropika,
dimana sejatinya obat-obatan tersebut memang digunakan untuk mengobati penderita tertentu dan harus dengan resep dokter.
Namun, karena penggunaannya tidak sesuai dengan aturan dan terkesan berlebih, sehingga menimbulkan dampak buruk bagi yang mengonsumsinya.
“Untuk obat-obat yang saat ini disalahgunakan sebenarnya tidak akan timbul masalah jika sesuai takaran dan memang untuk pengobatan. Kalau sekarang kan beda, sehat malah minum obat, apalagi penggunanya tidak sesuai anjuran dokter. Karena jelas akan menimbulkan efek berbeda dan berdampak negatif ke depannya,” pungkasnya.