Kondisi cukup memprihatinkan terjadi di sungai Jomblang Desa Gesik, Kasihan, Bantul. Sampah-sampah rumah tangga dan potongan bambu serta batang pisang terlihat memadati air sungai. Akibatnya, arus sungai pun turut terhambat dan seakan-akan tidak mengalir.
Menanggapi hal tersebut, salah seorang penganut aliran Sunda Wiwitan, Gingin Akil (50) melakukan ritual Rajah Pamunah. Ditemani rekannya, pria yang merupakan warga Bandung itu memimpin ritual yang turut diikuti oleh para seniman dan penggiat lingkungan.
“Ritual ini untuk meminta maaf kepada lingkungan yang sudah dieksploitasi untuk mencukupi kebutuhan hidup kita. Minta maaf sama alam itu hanya bagaimana menyambungkan rasa, pada dasarnya lebih merasakan semuanya yang telah tercipta,” tuturnya sebelum melakukan ritual, Kamis (04/01/2018) sore.
Ritual Rajah Pamunah itu sendiri dilakukan dengan menyanyikan mantra-mantra dengan iringan musik sederhana. Sebelumnya, sesaji lengkap dengan dupa juga disiapkan sebagai simbol penghormatan kepada alam. Kala mantra sudah mulai dilantunkan, peserta ritual pun diminta untuk fokus memasrahkan diri kepada sang Maha Kuasa untuk merasakan keberadaan diri dan menyatukannya dengan alam.
“Saya seperti nyanyi dengan alat musik dan beat sederhana. Pada saat itu sama-sama semua merasakan keberadaan diri ini dari ujung kaki sampai ujung rambut merasakan keberadaan kita, kita pasrahkan kepada yang sangat besar, Tuhan. Pada dasarnya Tuhan menjadi apa yang ada, kita menyatukan dengan Tuhan kita menyatukan dengan alam ini,” tegasnya.
Gingin menyampaikan ia memang secara khusus datang dari Bandung ke Bantul untuk melakukan ritual Rajah Pamunah. Hal tersebut ia lakukan setelah mengetahui kondisi sungai Jomblang yang ‘tersakiti’ oleh sampah. “Sebenarnya ritual akan dilakukan kemarin (Rabu) tapi karena waktu tidak memungkinkan maka diundur menjadi hari ini (Kamis),” pungkasnya.