Dalam sehari masyarakat di Kota Bantul dimanjakan dengan suguhan adat tradisi yang ditampilkan secara bergantian.
Setelah pagi harinya warga pantai Goa Cemara Patihan Gadingsari Sanden Bantul menggelar upacara kirab budaya. Siang hari ini, prosesi serupa digelar di terminal Imogiri Bantul, Kamis (21/9/2017) siang ini.
Acara kirab budaya Imogiri bertajuk upacara Kirab Siwur ini digagas oleh Forum Cinta Budaya Bangsa (Forcibb).
Pada acara kirab siwur siang ini diikuti oleh delapan desa yang ada di Kecamatan Imogiri. Dari delapan desa tersebut masing-masing membawa sebuah gunungan hasil bumi beserta pasukan Bregadanya. Serta para abdi Kasultanan Ngayogyakarta beserta abdi dalem Kasunanan Surakarta.
Prosesi kirab siwur siang tadi diawali dengan upacara pelepasan seluruh bergada kirab dari halaman terminal Imogiri Bantul.
Bregada dari Forum Cinta Budaya Bangsa berada di barisan depan.
Selanjutnya diikuti bregada paksi katon, bregada abdi dalem Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta.
Bregada dari delapan Desa yang ada di Imogiri selanjutnya mengikuti.
Bupati Bantul beserta istri ikut pula dalam prosesi kirab, menaiki kereta kencana. Bupati ramah menyapa para penonton yang sudah memadati pinggiran jalan.
Begitu pula tamu undangan lain yang ikut dalam arak-arakan dengan kereta kencana. Mereka tampak begitu ramah dengan senyum yang terlempar di wajah mereka.
Setiba di komplek Pajimatan Imogiri, upacara serah terima siwur diberlangsungkan.
Dalam prosesi ini Bupati Bantul berkesempatan untuk menyerahkan siwur (gayung) kepada perwakilan abdi dalem Kasunan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.
Ketua Panitia Kirab, Sudaryanto menjelaskan, prosesi berlanjut dengan kedua siwur tersebut dibawa menuju bangsal Sultan Agung untuk disemayamkan satu malam dan keesokan harinya siwur dipergunakan untuk upacara nguras Enceh pada Jumat (22/9/2017).
“Nguras enceh adalah tradisi rutin yang digelar tiap Jumat Kliwon di bula Sura,” jelasnya.
“Sedangkan kirab siwur yang diselenggarakan oleh FORCIBB mempunyai nilai tidak hanya tontonan tetapi juga tuntunan dimana jika kita memperhatikan secara seksama Kirab siwur mempunyai makna filosofis yang sangat baik,” tambahnya.
Lanjutnya, siwur adalah alat untuk mengambil air peninggalan dari nenek moyang yang terdiri dari tiga bagian yakni, tempurung kelapa, tangkai dari sebilah kayu dan kancing atau perekat.
“Siwur mempunyai makna filosofi nek isi ora ngawur terkandung maksud bahwa orang yang berilmu tidak boleh sombong, congkak, dan tidak boleh seenaknya sendiri,” ungkapnya.