Saat perayaan Sekaten dengan dua gamelan Kraton Ngayogyakarta Kiai Guntur Ma
du dan Kiai Nogo Wilogo telah ditempat di Pagongan Lor dan Pagongan Kidul di halaman Masjid Besar Kauman akan banyak dijumpai masyarakat yang melakukan tradisi mengunyah kinang atau ‘Nginang’.
Bukan tanpa sebab, masyarakat yang berdatangan mempercayai mengunyah kinang saat dipukulnya gamelan bisa bikin awet muda.
Mugirah, 65, salah satu warga mengatakan dirinya datang melihat pembuyian gamelan untuk berdoa agar selalu diberikan kesehatan.
“Hanya kata-katanya kalau nginang sambil mendengarkan gamelan bikin awet muda, tapi saya juga tetap saja tua, ” katanya sambil tertawa.
“Kalau simbah cuma mendengarkan gamelan sambil berdoa, pas gongnya ditabuh langsung sambil nginang. Berdoa supaya terus diberikan kesehatan oleh Allah,” imbuhnya.
Girah menambahkan bahwa makna daun sirih yang dikunyah saat gamelan ditabuh dalam filsafat Jawa mengisyaratkan agar manusia selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Meski demikian, perempuan asal Banguntapan, Bantul tersebut percaya bahwa di balik tradisi tersebut ada sebuah hikmah yang bisa diambil.
“Tapi boleh percaya atau tidak gigi saya masih utuh tidak keropos karena sering nginang juga dirumah. Mungkin hikmahnya nginang itu membuat gigi menjadi lebih kuat saat usia tua,” katanya lagi.
pedagang yang kebanyakan juga sudah berusia senja tersebut menjual paket kinang yang berisi injet (kapur), suruh (sirih), tembakau, gambir dan bunga kantil seharga Rp 2.000 -Rp3.000 saja.