Apa Aja Sih Mitos yang Ada di Yogyakarta ?

Dikenal sebagai kota yang masih kental akan budaya jawanya, tentu saja ga mengherankan kalau Jogja juga memiliki misteri dan mitos yang percaya ga percaya masih dipercaya oleh masyarakat Jogja. Meski begitu, ada juga yang menganggap cerita-cerita tersebut sebatas mitos belaka. Kalau kamu gimana?

Memeluk Tugu Jogja

Mitos ini telah berkembang di kalangan mahasiswa sejak dahulu kala. Dari jaman saya masih kuliah sampai sekarang saya belum lulus lagi. Padahal perasaan sudah meluk Tugu berkali-kali sampe bobok-bobok disana segala, huehe… Tugu Jogja ini tepat berada ditengah-tengah perempatan jalan besar, salah satunya Jalan Mangkubumi yang menuju ke Jalan Malioboro. Biasanya pada malam hari banyak gerombolan anak muda yang berfoto-foto riang di depan ataupun samping Tugu Jogja yang pada awalnya bernama Golog Giling ini. Kamu pengen cepet lulus kuliah? Cepetan peluk Tugu! Jangan lupa foto-foto disana buat ditaruh di Friendster atau Multiply kamu *narsis mah kudu!*

Tidak Boleh Mengenakan Pakaian Berwarna Hijau Saat ke Parangtritis

Sampai sekarang mitos ini masih dipercaya oleh orang Jogja, bahkan tidak jarang ada yang memperingatkan para wisatawan yang hendak mengunjungi Parangtritis untuk tidak mengenakan pakaian berwarna hijau agar tidak terseret ombak ganas Pantai Selatan.

Kawasan Parangtritis sendiri terkenal dengan Nyi Roro Kidul sebagai penguasa Pantai Selatan. Konon, jika ada yang memakai baju berwarna hijau, ia akan diseret ombak besar dan akan dijadikan budak Sang Ratu. Seram juga ya.

Suara Derap Kaki Kuda di Malam Hari

Nah, kalau kamu pas tengah malam tiba-tiba merasa mendengar suara andong lengkap dengan suara langkah derap kaki kuda melewati depan rumah atau kamar kamu, itu artinya kamu bakal betaaaaaaah sekali tinggal di Jogja. Mitosnya itu adalah suara andong milik Kanjeng Ratu Kidul yang memberi pangestu kepada kita untuk tinggal di Jogja dengan damai. Tapi hati-hati jangan kecelek seperti temen saya, merasa denger suara andong, eh yang lewat cuma tukang sate, hihi….

Pasangan dan Candi Prambanan

Tentu kamu pernah mempelajari legenda Candi Prambanan bukan. Konon, Bandung Bondowoso ingin meminang Roro Jonggrang. Namun Roro Jonggrang tidak menyukainya, sehingga ia memilih untuk mengajukan syarat, yaitu dengan membangun seribu candi. Untuk menggagalkan usaha Bandung Bondowoso, Roro Jonggrang pun berbuat curang. Bandung Bondowoso yang murka mengetahui hal tersebut akhirnya mengutuk Roro Jonggrang menjadi batu.

Dari cerita itulah, muncul mitos siapa saja yang mengunjungi Candi Prambanan bersama pasangannya, maka hubungannya akan kandas.

Sultan Tidak Boleh Melewati Plengkung Gading

Pada zaman dahulu, plengkung merupakan gerbang utama keluar masuk Keraton. Salah satunya adalah Plengkung Gading yang terletak di selatan Keraton. Gerbang ini merupakan satu-satunya gerbang keluar untuk raja yang mangkat atau wafat. Karena itu, konon Sultan yang masih hidup tidak diperkenankan melewati Plengkung Gading.

Beringin Bembar Alkid

Ritual melewati beringin kembar dengan mata tertutup ini dikenal juga dengan ritual masangin. Selain apa yang dicita-citakannya akan terwujud, orang yang bisa lolos ritual masangin ini juga dianggap memiliki hati dan pikiran yang bersih.

Siapa yang Minum Air Selokan Mataram, Konon Suatu Hari Bisa Kembali Dan Akan Terus Kembali ke Jogja

Bagi yang sudah pernah tinggal di Jogja, tentu saja tidak asing dengan Selokan Mataram. Saluran irigasi ini membujur sepanjang 31,2 km dan melewati banyak hunian mahasiswa dari daerah pogung hingga Babarsari. Ternyata saluran irigasi inipun memiliki mitos lho. konon, siapa yang meminum air selokan mataram, suatu hari ia akan kembali ke Jogja. Bisa jadi menikah dengan orang jogja atau mendapat pekerjaan di Jogja.

Tidak Boleh Berfoto di Depan Gerbang UGM yang Bertuliskan Universitas Gadjah Mada

Menurut mitos yang beredar, siapa saja mahasiswa UGM yang belum lulus, tapi nekat foto-foto di depan tulisan UGM tersebut, konon lulusnya akan lama. Bahkan ada yang bilang mereka akan menjadi mahasiswa abadi! Nah lho…

Orang Gunungkidul Kalau Ngulek Harus Menghadap ke Selatan

Satu lagi aturan unik yang dikenal di kalangan masyarakat Jogja, khususnya Gunungkidul yaitu ketika mengulek bumbu atau sambel, mereka harus melakukannya dengan menghadap ke selatan. Konon hal ini dilakukan untuk menghormati Nyi Roro Kidul, dan hingga kini masih banyak orang yang melakukannya.

Suara Korps Drum Band di Waktu Subuh

Dulu nih jaman saya SMP, entah kenapa sering denger suara musik drum band di waktu subuh, sempet bingung juga suara-suara itu berasal darimana? Sampai suatu hari tetangga cerita kalau mendengar suara musik itu artinya saya mendengar korps drum band dari kerajaan Merapi yang sedang apel pagi, hyuk. Gak ada artinya apa-apa sih, tapi memang gak semua orang bisa dengerin suara musik drum band yang berirama flat itu.

Legenda Manuk Bence Atau Culi

Manuk atau burung Bence, kedatangannya yang ditandai dengan suara ocehannya pada tengah malam, dijadikan tanda akan adanya bahaya, kematian, bencana, dll. Sedangkan manuk atau burung Culi, dijadikan tanda bahwa ada jenazah yang tali kain kafannya belum dilepas, sehingga minta diculi, di-uculi (dilepas-Jawa).

Dilarang Menunjuk Kuburan

Dahulu waktu ane masih kecil, ada mitos kalau tidak atau dengan sengaja menudingkan jari kita ke arah kuburan, maka kita harus menggigit ujung jari yang digunakan untuk menuding, jika bisa sampai berdarah, lantas ujung jari tersebut disentuhkan ke tanah dan bilang amit-amit ora ndulit. Tanah yang menempel di ujung jari, baru boleh dibersihkan setelah sampai kerumah. Kalau tidak dibegitukan namanya nuding setan, jarinya bisa bengkok gan.

Legenda Lampor

Di malam-malam tertentu, orang orang disepanjang lembah Kali Code mendengar bunyi gemerincing dan derap kaki kuda. Dan ketika mereka mendengar itu, lantas serta merta mereka akan menutup pintu dan jendela. Ya, mereka bilang ada LAMPOR datang. Lampor adalah tentara dari kerajaan Ratu Pantai Selatan. Mereka datang dengan kereta kuda mengantarkan Ratu yang hendak berkunjung dengan kereta kencananya menuju Gunung Merapi melewati sungai Code. Tapi jaman dulu memang mereka benar-benar mendengarkan suara gemerincing itu. Jika suara itu datang, pendudu lantas menutup pintu lantaran takut dibawa serta ke Laut Kidul. Tapi suara itu terdengar benar-benar!!! Legenda tentang Lampor ini pernah dituliskan dalam sebuah cerpen oleh seorang tukang becak, tapi ketika tulisannya mendapat juara dalam sebuah kompetisi, dia menolak untuk menulis lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *