TERPILIHNYA Pasar Beringharjo Yogya sebagai salah satu obyek wisata belanja terpopuler dalam ajang Anugerah Pesona Indonesia 2017 belum lama ini, menjadi daya ungkit bagi keberadaan pasar tradisional lainnya. Ke depan, seluruh pasar tradisional di Kota Yogya pun bakal disiapkan menjadi surga belanja bagi masyarakat.
Memang Pasar tradisional memiliki daya tarik wisata yang tinggi. Terlebih jika juga ada sedikit sentuhan modern tanpa meninggalkan nilai tradisional dari pasar tersebut.
“Pasar yang tradisional modern semisal Beringharjo memiliki daya tarik sebagai destinasi wisata. Hal tersebut juga didasari pada banyaknya varian barang hasil industri kecil dan kerajinan serta berbagai kuliner yang dijual dengan harga terjangkau, bahkan bisa ditawar,” ucap Kepala Dinas Pariwisata DIY Ir Aris Riyanta Jumat (29/12/2017).
Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogya, Maryustion Tonang, Pasar Beringharjo merupakan satu-satunya pasar tradisional di Yogya yang masuk dalam tipe kelas satu. Sedangkan 29 pasar tradisional lainnya tersebar di tipe kelas dua hingga lima.
“Dari sisi barang dagangan maupun tingkat kunjungan, Pasar Beringharjo memang sangat layak jika masuk kategori wisata belanja terpopuler. Tapi pasar tradisional lainnya harapan kami jangan mau kalah,” tandasnya, Jumat (29/12/2017).
Anugerah tersebut, makin memperkaya bahwa Yogya adalah kota pariwisata yang diperhitungkan. Karena, banyak pasar yang punya kekuatan serupa di sejumlah kabupaten. Pasar belut goreng di Godean Sleman misalnya, bisa menjadi daya tarik juga.
Khusus di Pasar Beringharjo, selain terdapat ribuan pedagang, letak barang dagangan juga sudah terklasifikasikan layaknya pasar modern. Mulai dari beragam konveksi, souvenir, aneka bumbu dapur, hingga barang-barang bekas diperjualbelikan dalam los terpisah. Pengunjung pun bebas dan mampu dimanjakan untuk memilih kebutuhan yang diinginkan di satu lokasi.
Apalagi, banyak pedagang di Pasar Beringharjo yang turut melayani pembelian secara grosir. Selain harga jual yang lebih murah, pilihan yang disediakan juga lebih beragam. “Kebetulan, Pasar Beringharjo ini merupakan salah satu cikal bakal pasar tradisional di Yogyakarta selain Pasar Pingit dan Pasar Mlangi yang dibangun di lahan milik Kraton,” imbuhnya.
Sedangkan pasar tradisional lainnya, menurut Maryustion, sebenarnya tidak kalah bersaing. Apalagi ada beberapa ikon seperti Pasar Buah dan Sayur Giwangan, Pasar Telo Karangkajen, Pasar Klithikan Pakuncen, Pasar Sepeda Tunjungsari dan lainnya. Masing-masing pasar tersebut memiliki ciri khas tersendiri dari jenis barang yang dijualnya.
Hal itu lanjut Aris yang menjadi nilai menarik bagi wisatawan. Barang bagus, namun harga juga cukup murah. Karena itu pasar yang ada di Yogyakarta sangat layak jika akan dikembangkan sebagai wisata belanja, baik dari wisatawan domestik maupun mancanegara.
“Justru mereka akan lebih senang ketika menemukan suasana yang ada di pasar. Lebih akrab karena tentu terjadi negosiasi dan komunikasi dalam transaksi. Momen itu yang tidak ditemukan di pasar moderen,” seru Aris.
Menurut Aris, misalnya saja turis Malaysia saat ke Yogyakarta sangat senang mengunjungi Pasar Beringharjo yang memiliki banyak varian batik dengan harga relatif murah. Adanya penerbangan langsung dari Adisutjipto ke Kuala Lumpur sangat mendukung kedatangan wisatawan. Sebab itu tidak heran jika jumlah wisatawan Malaysia tahun 2016 berada di urutan kedua setelah Belanda disusul Jepang.
Selain itu, pihaknya dengan para pedagang sudah ada kesepakatan untuk melakukan reresik pasar secara rutin. Agenda tersebut rencananya diawali dari Pasar Beringharjo pada 18 Januari 2018 mendatang dan digulirkan setiap Kamis Pon. Dengan begitu, setiap selapan sekali, semua pedagang di pasar tradisional akan melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan tempat dagangannya.